mokapog.com, Banyuwangi – Ada yang khusus pada pertunjukan Jaranan Buto di Banyuwangi. Salah satunya pemainnya yaitu Anggota DPR RI Sonny T Danaparamita. Sonny sebagai anggota komisi VI dari Fraksi PDI Perjuangan.
Dalam pertunjukan ini, Sonny tampil cukup bagus. Walau tidak kuasai tarian ciri khas Banyuwangi ini, tetapi apa yang dilakukan untuk menggelinjangkan kekuatan tradisi, adat dan kesenian di Banyuwangi.
Sonny tidak cuma tampil menari. Tetapi merias diri seperti pemain Jaranan Buto. Performanya langsung membuat gelak tawa beberapa ribu pemirsa. Apa lagi saat tarian yang sudah dilakukan sedikit salah. Maklum, anggota komisi DPR RI bukan penari Jaranan Buto.
“Memang cukup sulit. Tetapi ini yang perlu dirasa oleh anggota dewan bagaimana rasanya menjadi pemain pertunjukan Jaranan Buto,” katanya ke detikJatim, Kamis (5/5/2022).
Sonny Akui Berat Jadi Pemain Jaranan Buto
Sonny akui memang berat jadi pemain Jaranan Buto. Tidak cuma harus mengingatkan gerak, tetapi rasakan sakit saat dipecut dengan cemeti besar.
“Berat juga. Disamping itu pada keadaan panas ini. Saya tidak malu untuk tampil di muka pemirsa karena niat saya melipur,” sambungnya.
Sonny akui menyengaja pilih judul atraksinya dengan “Ojo Pedot Oyot” (Tidak boleh Putus Akar). Pemakaian filosofi dari Ojo Pedot Oyot tersebut memiliki makna supaya pergantian konservasi kebudayaan dan kesenian Indonesia, tidak terputus dan musnah di tengah-tengah kencangnya arus modernisasi serta globalisasi seperti sekarang ini.
Diakuinya menyengaja menggamit group seni Jaranan Buto campur sari ‘Sekar Harum Budoyo’. Karena telah berapa lama, group ini tidak tampil karena wabah COVID-19.
“Sebagai putra asli wilayah Banyuwangi, tidak afdol rasa-rasanya bila saya cuma melihat dan nikmati atraksi saja. Karena itu saya memutuskan untuk ikut mengambil sisi jadi lakon buto dalam atraksi itu, ya walau pemula tetapi tidak menyebalkanlah,” paparnya.
Sonny mempropagandakan warga untuk melestarikan dan menyukai budaya asli Indonesia
Atraksi Jaranan Buto ini, kata Sonny, sebagai tempat bersilahturahmi dan selingan untuk warga. Dalam aktivitas ini Sonny mempropagandakan pada warga untuk selalu melestarikan dan menyukai budaya asli Indonesia.
“Sebagai kader PDI Perjuangan, saya berusaha untuk melafalkanwantahkan, salah satunya dari Tri Sakti Bung Karno, yakni berpribadi dalam sektor budaya, lewat seni pementasan Jaranan Buto ini,” jelas Sonny.
“Selainnya dapat menyambung bersilahturahmi, dan memberikan selingan pada warga, dalam aktivitas ini saya ingin ajak warga agar semakin menyukai dan ikut peran dalam konservasi budaya wilayah,” katanya.
Menurut dia, konservasi budaya tidak cuma kewajiban pemda saja, tetapi semua kalangan masyarakat harus sama-sama gotong-royong untuk melestarikan kebudayaan sebagai asset wilayah. Secara automatis akan berpengaruh besar pada perkembangan pariwisata di Banyuwangi.
“Tidak dapat disangkal, jumlahnya kesenian di Banyuwangi ini, menjadi asset bernilai untuk lebih memajukan pariwisata Banyuwangi. Karena itu dalam memikulgkannya tidak dapat cuma mengikutsertakan pemerintah saja, tetapi juga bekerja bersama dengan komune dan warga di tempat,” tuturnya.
“Seperti pagelaran kesenian Jaranan Buto yang kami gelar ini, yang bukan hanya untuk melestarikan budaya tapi dapat mengangkat bidang rekreasi, sekalian untuk menampung dan tumbuhkan kreasi rakyat Banyuwangi,” ujarnya.