Imbas Covid-19, Bank Dunia Potong Ramalan Perkembangan Ekonomi China

Mokapog Bank Dunia sudah memotong prediksi tahunan kemajuan ekonomi China, saat masalah Covid-19 makin perlambat rekondisi negara ekonomi paling besar ke-2 di dunia itu. China ialah negara ekonomi khusus paling akhir yang berpedoman peraturan nol-Covid-19 dengan lockdown yang ketat, pengetesan massal, dan limitasi untuk menahan pandemi – tapi mengusik rantai suplai dan menggeret tanda ekonomi ke tingkat paling rendah dalam sekitaran 2 tahun.

Dikutip dari Kanal News Asia, Kamis (9/6/2022) Bank Dunia memproyeksikan kemajuan ekonomi China melamban jadi 4,3 % pada 2022. Angka itu mengidentifikasi pengurangan tajam 0,8 point prosentase dari prediksi Bank Dunia awalnya pada Desember 2021.

Ini mayoritas menggambarkan kerusakan business dan ekonomi yang disebabkan karena pandemi variasi Omicron dan lockdown yang berkelanjutan di sejumlah sisi China dari bulan Maret sampai Mei, kata laporan Bank Dunia. Dalam periode pendek, China hadapi rintangan double untuk menyamakan mitigasi Covid-19 dengan memberikan dukungan kemajuan ekonomi, kata Martin Raiser, Country Director Bank Dunia untuk China, Mongolia, dan Korea.

Masalahnya ialah bagaimana membuat stimulan peraturan efisien, sepanjang limitasi mobilisasi masih tetap ada, lanjut Raiser. Kegiatan ekonomi China diprediksi akan sembuh pada paruh ke-2 tahun 2022, ditolong oleh stimulan pajak dan semakin banyak kelonggaran ketentuan di teritori perumahan, menurut Bank Dunia. Tapi keinginan lokal di negara tersebut peluang akan sembuh dengan bertahap dan cuma beberapa yang bisa menyeimbangi kerusakan berkaitan wabah awalnya.

Karena Limitasi Covid-19, Bank Dunia Ramal China Tidak Akan Raih Sasaran Perkembangan Ekonomi 5,5 %

Rekonsilasi prediksi Bank Dunia tiba karena kekuatiran jika China kemungkinan tidak penuhi sasaran kemajuan ekonomi sah sekitaran 5,5 % tahun ini. Ada bahaya jika China masih tetap terlilit pada dasar lama untuk menggerakkan perkembangan lewat infrastruktur yang diongkosi hutang dan investasi real estat, kata Bank Dunia.

Mode perkembangan semacam itu pada akhirannya tidak terus-menerus dan utang yang banyak di perusahaan dan pemda telah terlampau tinggi, lanjut tubuh itu. Prediksi terkini Bank Dunia mengasumsikan jika peraturan nol-Covid-19 di China akan dipertahankan dalam periode pendek untuk menghindar penekanan pada mekanisme perawatan kesehatannya, yang memiliki arti ada peluang berulangnya masalah rekondisi.

Lockdown Covid-19 Buat Bidang Jasa di China Terkontraksi 3 Bulan Beruntun

Kegiatan di bidang jasa dan service di China kontraksi dalam 3 bulan beruntun sampai Mei 2022, karena terimbas lockdown Covid-19 yang berkelanjutan di Shanghai dan beberapa kota yang lain. Walau telah ada kelonggaran lockdown Covid-19, bidang jasa dan service di China masih memperlihatkan rekondisi yang lamban, menurut sebuah survey usaha swasta, Caixin.

Dikutip dari Kanal News Asia, Senin (6/6/2022) index manager pembelian (PMI) Caixin naik jadi 41,4 di bulan Mei dari 36,2 pada Apri 2022, memperlihatkan peningkatan yang sedikit karena faksi berkuasa China mulai kurangi beberapa limitasi berkaitan Covid-19yang sudah melumpuhkan Shanghai dan mengguncangkan rantai suplai global. Tetapi, angka itu masih tetap jauh di bawah 50 point yang pisahkan perkembangan dari kontraksi secara bulanan.

Riset Caixin menjelaskan jika kekurangan di bidang jasa, yang menyumbangkan sekitaran 60 % dari ekonomi China dan 1/2 dari tugas di daerah perkotaan, peluang akan bertahan di dalam bawah peraturan nol-Covid-19 negara tersebut, dengan beberapa sektor seperti hotel dan restaurant memikul beban paling berat.

Sebuah survey sah memperlihatkan bidang jasa di China masih terjerumus dalam kontraksi. Survey Caixin memperlihatkan usaha baru di China, terhitung pesanan export, turun sepanjang 4 bulan beruntun karena limitasi mobilisasi membuat konsumen setia masih tetap ada di rumah dan mengusik operasi.

Hal tersebut mengakibatkan perusahaan jasa kurangi upah mereka di tingkat yang lebih tajam, dengan sub-indeks untuk tugas berdiri di 48,5, paling rendah semenjak Februari tahun kemarin dan turun dari 49,tiga bulan awalnya.

Ukuran ketenagakerjaan masih tetap ada di daerah kontraksi semenjak awalnya tahun ini. Imbas pandemi sudah menghajar pasar tenaga kerja. Perusahaan sedikit terpacu untuk tingkatkan penerimaan. Mengakibatkan, usaha yang hebat (menunggak) di bidang jasa tumbuh lebih jauh, kata Wang Zhe, Ekonom Senior di Caixin Insight Grup.

Lockdown Covid-19 Menghilangkan Customer, Perusahaan di China Perkeluhkan Export Turun

Sesudah 2 tahun mencatatkan rekor export, manufacturing di China menyaksikan banyak pengurangan saat customer batasi pengeluaran dan lockdown Covid-19 menggerakkan konsumen setia berpindah ke kompetitor di negara itu. Mayoritas negara di dunia saat ini mulai hidup dengan Covid-19, dan bidang perjalanan dan aktivitas wisata yang lain kembali jalan,

Tetapi di China, customer masih kurangi pengeluaran untuk netbook, telephone, dan beberapa barang yang lain -mendorong pebisnis dan perusahaan di negara tersebut berusaha untuk tetap bertahan dengan tingkatkan export tapi belum memperlihatkan perkembangan.

Satu diantaranya ialah Shenzhen Teanabuds Elektroniks Co, yang umumnya mengekspor produk earbud, earphone, dan speaker nirkabel mereka ke AS, Eropa, dan Timur tengah. Tapi sekarang ini, perusahaan itu alami pengurangan pesanan sekitaran 50 % dibanding tahun kemarin.

Zhang menyebutkan, beberapa client Teanabuds belakangan ini mengubah pesanan mereka ke beberapa negara Asia Tenggara karena penyuplai di situ tawarkan harga yang lebih rendah, dan suplai mereka tidak begitu ketekan. Disamping itu, tingginya ongkos bahan baku dan pengangkutan membuat margin keuntungan Teanabuds Elektroniks menurun jadi 15 % dari 30 % di tahun 2019.

Penurunan keinginan beberapa barang dari China jadi pukulan untuk ekonomi negara tersebut, yang telah diprediksi tumbuh pada pergerakan paling lamban dalam beberapa dasawarsa tahun ini karena pengurangan pasar property dan limitasi berkaitan Covid-19.

Guangzhou GL Suplai Chain Co., perusahaan China yang jual produk bercocok tanam seperti kaleng penyiram sampai pernak-pernik hiasan Natal, menjelaskan pesanan dari konsumen setia mereka di AS dan Eropa sudah turun sampai separuhnya dari masa yang serupa tahun kemarin. Pemasaran produk mereka untuk musim Natal jeblok dibanding dengan tahun 2021.

Updated: 5 Desember 2023 — 10:20 am