Indonesia Kembali Cetak Rekor Menggelar Angklung Lebih Dari 15ribu Peserta

mokapog – Indonesia sukses memecah rekor dunia anyar buat pagelaran angklung paling besar di dunia di Stadion Khusus Gelanggang olahraga Bung Karno (SUGBK), Sabtu.

Dalam jumlah peserta sekitar 15.110 pada tahun ini, Indonesia sukses melebihi rekor awalnya pada 2011 lalu dalam jumlah lebih dari 5.000 peserta.

Hal tersebut divalidasi oleh Sonia Ushigorochi, Adjudicator Guinness World Records, saat menegaskan peristiwa penetapan di SUGBK tempo hari.

“Dengan senang saya berikan pada Anda hasil fantastis ini. Saya dengan tegas memvalidasi kalau dengan datangnya 15.110 peserta, rekor dunia Guinness udah sah kita capai,” kata Sonia.

Berdasar catatan seni Sonia, bangsa Indonesia saat ini udah mengumpulkan keseluruhan 124 rekor dunia. Dengan tambahan rekor teranyar ini, jumlah prestasi bersinar Indonesia bertambah jadi 125 rekor dunia, yang 14 salah satunya sukses diperoleh di Jakarta.

Pagelaran itu berjalan waktu tujuh menit dengan 2 lagu yang dihantarkan, ialah Berkibarlah Benderaku ciptaan Ibu Sud serta Wind of Change dari band asal Jerman, Scorpions.

Peserta yang mainkan angklung secara serempak memenuhi ruang lapangan Gelanggang olahraga Bung Karno. Seluruhnya peserta solid memakai pakaian putih serta celana hitam, dan pakai ikat kepala serta syal mempunyai nuansa merah putih.

Indonesia Gelar Angklung Terbesar Di Dunia

Akan halnya pergelaran ini dikepalai oleh Saung Angklung Udjo, sasana angklung dari Bandung, Jawa Barat.

Banyak peserta yang mainkan angklung diambil dari instansi-instansi pemerintah, terhitung kepolisian, Kemensetneg, Sekretariat Cabinet (Setkab), Kementerian BUMN, Kementerian PUPR, serta beberapa lembaga yang lain.

Selaku peringatan dari HUT Ke-78 Kemerdekaan RI, acara ini diprakarsai oleh OASE Cabinet Indonesia Maju (OASE KIM), organisasi pemerintahan non-profit yang berdiri atas gagasan dari Ibu Negara Iriana Joko Widodo serta Pengiring Wakil Presiden Ibu Hj. Wury Estu Ma’ruf Amin.

Tidak cuma pergelaran angklung, peringatan Hari Ulangi Tahun Ke-78 Kemerdekaan RI ini di ramaikan Peragaan Pakaian Istana Berkebaya dan atraksi video mapping di Monumen Nasional (Monas).

Riwayat menulis, Indonesia awalnya udah mencatatkan prestasi mirip dalam Guinness World Records pada 2011, dengan lebih dari 5.000 peserta yang ikut serta dalam pergelaran angklung paling besar di dunia waktu itu.

Prestasi itu dibuat pada 9 Juli 2011, waktu 5.182 peserta bergabung di Monumen Washington, D.C., Amerika Serikat, pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, D.C.

Waktu itu, peserta tampil mainkan lagu We Are the World dalam tempo 6 menit, dengan tiap-tiap angklung menciptakan satu suara sesuai sama aba-aba dari konduktor.

Profil Saung Angklung Udjo ( SAU)

Saung Angklung Udjo (SAU) sukses jadi pembuat penghancur rekor anyar buat pagelaran angklung paling besar di dunia pada Sabtu (5/8) lalu di Stadion Khusus Gelanggang olahraga Bung Karno (SUGBK).

Pusat training alat musik tradisionil bambu itu sukses membimbing 15.110 peserta buat membawa dua lagu, ialah Berkibarlah Benderaku ciptaan Ibu Sud serta Wind of Change dari band asal Jerman, Scorpions di tengahnya perayaan Hari Ulangi Tahun Ke-78 Kemerdekaan RI.

Atas perolehan itu, Indonesia memecah rekor Guinness World Record serta menundukkan catatan 5.182 peserta pada 2011 lalu di Washington D.C, AS.

Dikutip lewat blog sah Saung Angklung Udjo serta sejumlah sumber lain, SAU dilukiskan selaku tempat tamasya budaya serta pembelajaran menyeluruh.

Berada di area bukit-bukit di sisi timur kota Bandung, SAU memberikan atraksi, pusat kerajinan bambu, dan lokakarya pengerjaan alat musik tradisionil bambu.

Disamping itu, SAU diperuntukan jadi laboratorium pendidikan serta pusat evaluasi buat melestarikan kebudayaan Sunda, khususnya alat musik angklung.

Saung ini pertamanya kali dibuat pada 1966 oleh Udjo Ngalagena serta si istri, Uum Sumiati, dengan visi khusus memiara serta melestarikan kebudayaan tradisionil Sunda.

Figur Mang Udjo sendiri yaitu perajin bambu yang acapkali bikin bermainan atau alat musik tradisionil. Dia dirikan saung itu selaku tempat untuk warga buat bersua serta sama-sama memberikan kreasi berdasarkan kebudayaan lokal.

Udjo dikenal juga atas inovasi serta perubahannya buat mengenalkan angklung dengan balut yang semakin lebih kekinian biar bisa diterima oleh masyarakat ramai.

Walaupun Mang Udjo udah tidak ada, istri dan anaknya menyambung pengembangan angklung itu lewat SAU. Karena itu semenjak berdiri sampai sekarang, SAU masih tetap bertempat di Jalan Padasuka 118, Bandung Timur, Jawa barat, Indonesia.

Selainnya atraksi latihan teratur pada tiap-tiap sore, Saung Angklung Udjo pula udah sekian kali menyelenggarakan atraksi spesial pada pagi atau siang hari.

Beberapa acara ini tidak cuma berjalan di auditorium SAU, dan juga diundang buat tampil di berapa tempat baik di atau luar negeri.

Pada tengah 2000-an, SAU melangsungkan konser kolaboratif yang demikian mewah bersama dengan Sherina di Sasana Budaya Ganesha, Institut Technologi Bandung.

Selainnya tawarkan pementasan seni, Saung Angklung Udjo pula menjajakan beraneka produk alat musik bambu tradisionil seperti angklung, arumba, calung, serta yang lain pada pengunjung serta konsumen.

Dalam aplikasinya, SAU memproses seluruhnya penghasilan yang dipakai buat cost pendidikan beberapa anak di tempat, khususnya dari kelompok keluarga kurang sanggup.

SAU bahkan juga udah menyikat bermacam penghargaan pada tingkat nasional sampai internasional terhitung raih Best ASEAN Cultural Preservation Upaya dalam arena ASEANTA Awards 2016.

Meskipun demikian, waktu resiko epidemi Covid-19 mulai menimpa Indonesia sejak awal kali 2020 lalu, SAU awalnya pernah mau tak mau melelang 13 alat musiknya lewat Kantor Servis Kekayaan Negara serta Lelang (KPKNL). Lelang ini mempunyai sifat non eksekusi suka-rela ataulah tidak sisi dari barang yang diambil alih.

Beberapa alat musik yang dilelang salah satunya unit orkestra angklung pada harga limit Rp13 juta serta unit orkestra minimalis pada harga limit Rp5 juta.

Pada Juni 2021, turunan Mang Udjo sekalian Direktur Khusus PT SAU Taufik Hidayat Udjo memperjelas epidemi Covid-19 bikin kesibukan di SAU berhenti serta persoalan untuk tetap bertahan.

Akan tetapi saat ini, SAU masih tetap bertahan dengan cara swadaya serta sukses mencatatkan catatan anyar selaku konduktor pagelaran angklung paling besar di dunia.

Updated: 5 Desember 2023 — 5:37 pm