Adat Unik budaya Indonesia Seperti Kecantikan Bergigi Lancip di Mentawai

mokapog – Tiap suku di Indonesia mempunyai adat. Tetapi sering ditemui, adat itu sebagai kegiatan yang termasuk cukuplah berlebihan.

Adat potong jemari, keluarkan jasad dari pusara, atau meruncingkan gigi sebagai adat yang unik. Dari demikian adat unik itu, biasanya adat dilaksanakan sebagai wujud penghormatan, kerukunan, atau harga diri.

1. Adat Potong Jemari, Suku Dani, Papua

Masalahnya untuk Suku Dani kebersama-samaan ialah penting. Tangisan kurang cukup untuk memvisualisasikan kegetiran kehilangan keluarga Jumlah jemari yang dipotong sebagai jumlah bagian keluarga yang wafat. Sebagian besar, budaya adat dilaksanakan beberapa wanita, tetapi ada pula lelaki yang turut menggunting jemari tangan sebagai pernyataan duka cita.

2. Adat Tiwah, Suku Dayak, Kalimantan tengah

Arah ritus tiwah untuk mengantar roh ke luwu (akhirat) ke Si Pembuat atau Ranying Hatalla Langit dan sebagai akhirnya serangkaian upacara kematian dalam keyakinan Hindu Kaharingan. Mayat yang sudah dipendam akan dikeduk kembali lalu tulang belulangnya dibikin bersih, sesudahnya mayat ditempatkan ke balai nyahu (Sandung). Untuk Suku Dayak, kematian perlu ditingkatkan agar arwah bisa hidup tenteram bersama Ranying Hatalla. Tiwah mempunyai tujuan untuk melepas kemalangan untuk keluarga yang ditinggal. Upacara dilaksanakan dalam waktu yang lumayan lama, yakni nyaris sebulan. Untuk Suku Dayak, Tiwah benar-benar keramat, ritus dibarengi dengan Manganjan, yakni tarian keramat diantarkan ke upacara tiwah. Tarian ini sebagai bentuk penghormatan pada nenek moyang. Ritus tiwah perlu penyiapan disamping itu memerlukan ongkos yang cukup banyak

3. Adat Meruncingkan Gigi, Suku Mentawai, Sumatera Barat

Gigi Lancip ini sebagai adat kerik gigi untuk wanita Suku Mentawai. Untuk lakukan adat secara turun-temurun ini, wanita Suku Mentawai harus meredam merasa sakit yang lumayan lama. Kemudian, gigi akan dikerik dan diruncingkan dengan pertajam yang dibuat dari besi atau kayu. Suku Mentawai memercayai jika wanita yang mempunyai gigi lancip seperti hiu mempunyai nilai plus daripada yang tidak bergigi lancip. Adat turun-temurun ini sebagai langkah wanita Mentawai supaya tampil elok dan sebagai pertanda kedewasaan.

4. Adat Kebo-keboan, Suku Osing, Banyuwangi, Jawa timur

Upacara Tradisi Kebo-keboan sebagai upacara yang sudah dilakukan Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kebo-keboan diambil dari kata Kebo yang dalan bahasa Jawa memiliki arti kerbau. Upacara terkait dengan pertanian sebagai pernyataan rasa sukur berdasar hasil panen yang berlimpah. Upacara dilaksanakan warga dengan merias diri seperti kerbau dengan badan di cat hitam. Riasan diperlengkapi dengan sundul dan telinga kerbau bikinan. Kemudian, mereka akan menarik-nari di tengah-tengah sawah sekalian melingkari pemirsa. Pemirsa yang dikitari akan tarik ke genangan sawah sampai berlumuran lumpur. Adat dilaksanakan sampai pemirsa yang paling dekat terlumuri lumpur.

5. Adat Beradu Betis (Mallanca), Sulawesi Selatan

Mallanca sebagai adat beradu betis yang sudah dilakukan warga Bone, Sulawesi Selatan. Biasanya, adat ini diadakan satu tahun sekali. Umumnya, adat dilaksanakan di bulan Agustus selesai panen, sekalian sebagai perayaan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia. Adat ini dilaksanakan dua team yang terbagi dalam dua orang dewasa. 2 orang jadi penendang dan 2 orang memasangkan kuda- kuda supaya tidak jatuh saat betis dilawan. Bila betis musuh benar-benar kuat, karena itu ada pula musuh yang cidera. Nilai mulia adat ini memvisualisasikan kuatnya rasa kekerabatan dan bergotong-royong warga Bone.

6. Adat Waruga/ Penyemayaman, Suku Minahasa, Sulawesi Utara

Adat Waruga sebagai penyemayaman Suku Minahasa di Sulawesi Utara. Waruga datang dari kata waru yang memiliki arti rumah dan ruga memiliki arti tubuh. Kata itu diartikan sebagai rumah raga kembali lagi ke surga. Pada jaman pra riwayat, Suku Minahasa yakin jika arwah berkekuatan magic. Karena itu, makam dibikin secara eksklusif. Waruga terdiri dari 2 sisi, yakni tubuh dan tutup. Masyarakat Minahasa tempatkan mayat seperti status bayi dalam kandungan. Disamping itu, mayat yang sudah ditaruh di Waruga hadapi ke arah utara, sebagai pertanda beberapa nenek moyang orang Minahasa datang dari utara.

7. Tabuik, Sumatera Barat

Tabuik sebagai adat tahunan warga Pariaman,Sumatera Barat. Tabuik sebagai upacara kenang kembali kematiannya cucu nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali, yang wafat di perang Karbala di Irak, 10 Muharram 61 H/10 Oktober 680 M Upacara ini tampilkan pertarungan karbala dengan iringan musik tradisionil gendang tasa. Adat dikerjakan tiap tahun tiap tanggal 1 sampai 10 Muharram di Pariaman, Sumatera Barat. Tetapi belakangan ini dikerjakan tanggal 1-11 Muharram.

8. Tatung, Singkawang, Kalimantan Barat

Tatung sebagai istilah yang populer di Kota Singkawang dan sekelilingnya. Istilah tatung dipakai untuk orang yang badannya jadi media untuk dimasuki arwah nenek moyang yang mereka percayai. Tatung sebagai orang yang ikhlas badannya ditusuk dengan jeruji, pedang, atau jarum. Pertunjukan ini sudah berlaku beberapa ribu tahun lalu. Pawai tatung umumnya untuk rayakan Cap Go Meh atau pucuk perayaan tahun baru Cina di Singkawang, Kalimantan Barat.

9. Sigajang Laleng Lipa/Tarung Sarung, Suku Bugis, Sulawesi Selatan

Sichajang Laleng Lipa sebagai adat unik sekalian menakutkan, karena adat ini bisa menaruhkan nyawa untuk beberapa aktornya. Adat ini termasuk berlebihan. Tiap adat diadakan nyaris tentu ada korban jiwa. Sichajang Laleng Lipa sebagai adat sama-sama tikam memakai badik (pisau panjang) pada sebuah sarung.Adat ini sebagai adat Suku Bugis Makassar dalam menuntaskan permasalahan. Adat ini dipakai sebagi langkah terakhir, jika permufakatan mufakat ke-2 perwakilan keluarga tidak mendapati titik jumpa. Tata langkah adat ini ialah kedua pihak yang bentrok akan masuk ke sarung sekalian diberi samping badik. Saat badik keluar sarungnya pantang disembunyikan kembali dipinggang saat sebelum menghujan badan musuh.

10. Pasola, Nusa Tenggara Timur

Pasola datang dari kata sola atau hola yang memiliki arti kayu lembing. Pasola sebagai ritus perang tradisi di mana dua barisan penunggang kuda sama-sama bertemu, kejar-kejaran sambil melemparkan lembing kayu ke musuh. Pasola diadakan sekali dalam satu tahun, yakni pada permulaan musim tanam atau persisnya bulan Februari di Kecamatan Lamboya dan bulan Maret di Kecamatan Wanokaka dan Laboya Barat/Gaura. Tanggal penerapan Pasola ditetapkan beberapa rato berdasar penghitungan bulan genap dan bulan jelas dan menyaksikan pertanda alam. Upacara Pasola berkaitan dengan penyiapan pembuatan tempat. Ini berkaitan, ada asumsi jika recikan darah memiliki kemampuan magic menyuburkan dan hidupkan tempat.

Updated: 5 Desember 2023 — 3:59 pm