Budaya Indonesia Terancam Hancur

mokapog – Peluang sebagian orang akan terasa terlampau berlebihan dalam membaca kalimat atau judul awalannya artikel ini, mereka melihat kalimat itu terkesan dilebih-lebihkan dengan berikan “Budaya Indonesia nyaris hancur.”

Tapi sebenarnya tidak, saya beranggapan bila kalimat saya tidak begitu berlebihan dalam memberi judul. Karena sama sesuai lingkungan saya yang ternilai acuh mengenali seni budaya Indonesia yang seharusnya dilestarikan. Tidak percaya? Baik akan saya perlihatkan.

Beberapa waktu tempo hari desa saya mengadakan pagelaran wayang kulit yang didalangi oleh satu dalang terkenal dari Blitar. Beliau ialah dalang berwatak lucu yang kocak sampai sebagian orang menyukainya, tetapi bukan itu sebagai titik fokus saya tapi setelah hampir sesaat saya lihat, perhatian saya jatuh ke pengunjung dan penonton kesenian wayang yang rata-rata ialah beberapa lansia dan sepasang pasutri yang berusia lanjut. Betul-betul kurang bahkan hampir tidak ada remaja yang turut menyaksikan kesenian wayang. Tidak hanya itu, saya pernah melihat satu diantaranya akun YouTubers sedang kerjakan wawancara ke sejumlah remaja Indonesia berkenaan kebudayaan Indonesia.

Permulaannya saya semangat menyaksikan video itu, tapi sayang hampir sepanjang video saya tidak menjumpai remaja yang terang-terangan tentukan kebudayaan Indonesia, mereka condong tentukan kebudayaan luar negeri yang mereka anggap dan percaya semakin memikat dibandingkan kebudayaan tanah air. Mereka suka simpan minat pada kebudayaan luar yang terlihat betul-betul keren. Dimulai dari gaya bahasa, cara gunakan baju, kesenian, dan sebagainya.

Mereka berasumsi sebenarnya menyenangi budaya luar menyaratkan bila mereka tidak kuno atau ketinggalan jaman. Lantas benarkah budaya Indonesia sedang baik saja? Saya menulis ini bukan hanya karena tugas, tapi sebagai sebuah tulisan yang mewakilkan keluh kesah saya terkait budaya tercinta yang begitu lama semakin musnah ditelan masa. Lantas apa yang seharusnya dikerjakan sebagai bentuk melestarikan budaya? Sebenaranya cara melestarikan budaya terhitung susah-susah gampang, karena melestarikan budaya tidak cuma menggunakan cara tapi perlu kesadaran.

Dimulai dari dalami kebudayaan, tumbuhkan rasa cinta pada kebudayaan, sampai mengenalkan kebudayaan ke orang pemula. Berbelit? Benar, saya berasumsi demikian. Oh ya, saya menulis ini bukan saya tujukan ke satu barisan tapi semua barisan ditambahkan anak muda (remaja), saya banyak berharap dengan artikel palsu ini banyak remaja yang mulai memiliki kesadaran terkait kelebihan rasa kepedulian remaja pada kebudayaan.

Remaja adalah kemauan bangsa, jika anak muda (remaja) saja sekarang ini acuh dan lebih memprioritaskan ego untuk memperbesar hati budaya luar, di tahun 2030 nanti saya tidak yakin anak cucu kita ketahui apa itu wayang, ludruk, reog ponorogo, dan sejenisnya. Peluang mereka akan ketahui budaya itu telah beralih tangan jadi kepemilikan negara lain.

Untuk sekedar informasi tambahan, melalui beberapa sumber yang telah saya baca, sudah banyak kebudayaan Indonesia yang pernah dipandang oleh negara lain. Dari informasi itu peluang kawan-kawan sekalian sudah memiliki deskripsi tertentu berkenaan 2030 nantinya? Entahlah itu lebih baik atau sebaliknya. Keputusan ada di tangan masing-masing dan masa depan Indonesia ada di pegangan itu.

Updated: 5 Desember 2023 — 2:13 pm