Harga Rokok Naik, Orang Indonesia Tetap Lebih Suka Merokok Daripada Makan Sehat

mokapog – Harga rokok di beberapa pengecer kekinian naik terus semenjak Januari 2022 atau habis Menteri Keuangan Sri Mulyani tingkatkan biaya cukai hasil tembakau (CHT) rerata 12 prosen.

Peningkatan harga rokok pun sejalan dengan peningkatan pajak bertambahnya nilai (PPN) jadi 9,9 prosen berdasar hasil tembakau berbentuk sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau irislah, rokok elektrik, sampai hasil pemrosesan tembakau yang lain semenjak 1 April 2022 saat kemarin.

Menurut pengamatan lifestyle CNNIndonesia di Alfamart Tegal Parang, Jakarta, tampak harga beberapa merk rokok seperti Sampoerna Mild naik dari Rp26.400 per buntel pada Januari 2022 jadi Rp29.300 pada 25 Mei 2022.

Setelah itu harga Djarum Super pun naik dari Rp20.600 jadi Rp21.200 per buntel. Lantas, harga Marlboro naik tajam dari Rp33.700 jadi Rp36.900 per buntel. Sesudah itu, Magnum biru dari Rp23.300 naik jadi Rp24 ribu. Lantas, Dji Sam Soe naik dari Rp18.200 jadi Rp19.800 per buntel.

Isna (25), pegawai di Alfamart itu mengucapkan peningkatan harga rokok terjadi dengan bertahap. Rerata harga naik Rp100 sampai Rp200 per buntel. “Rerata naik Rp100, cuman naiknya itu berulangkali ada yang Rp200 pun, bergantung merk,” papar Isna, Rabu (25/5).

Hal yang juga sama terjadi di gerai Indomaret. Harga beberapa merk rokok naik dengan penting. Peningkatan tertinggi terjadi pada rokok merk Marlboro dari Rp32.500 pada Januari 2022 jadi Rp36.800 per buntel waktu ini. Setelah itu, Dji Sam Soe naik dari Rp18 ribu jadi Rp19.600 per buntel.

Lalu, Gudang Garam Filter naik dari Rp20 ribu jadi Rp21 ribu per buntel, Sampoerna Mild dari Rp26.200 jadi Rp28 ribu per buntel, dan Magnum hitam naik dari Rp17.600 jadi Rp19.500.

“Dari Januari terus naik rata Rp200 cuman kerap naiknya itu,” ungkapkan Novita (21), pegawai di Indomaret Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Hampir mirip, harga beberapa merk rokok di warung kelontong pun naik. Satu diantaranya rokok merk Wewangian Bold dari Rp29.900 jadi Rp30 ribu per buntel.

Lalu, Gudang garam Filter naik dari Rp20 ribu jadi Rp21 ribu per buntel. Sementara, harga rokok yang lain tidak naik.

“Paling akhir yang naik sich itu (Wewangian Bold dan Gudang Garam Filter) saat ini belumlah ada yang naik kembali,” papar Iwan (40), pemilik warung kelontong di wilayah Pancoran, Jakarta Selatan.

Ravli (25), karyawan swasta asal Bandung terasa berkeberatan pada harga rokok yang naik terus.

“Hingga semula harga rokok yang umum disantap kurang lebih Rp18.500 saat ini udah naik jadi Rp20 ribu per buntel, naiknya cepat sekali tidak hingga 1/2 tahun,” papar Ravli.

Dengan peningkatan harga itu, Ravli mau tak mau berganti ke merk rokok yang tambah murah. Dikarenakan, dia mengatakan tidak dapat kurangi konsumsi rokok.

“Ya barangkali kalaupun seseorang dapat katakan salah sendiri mengapa merokok, namun kan buat beberapa orang berbeda kembali ya. Ada yang beranggapan buat pemuasan penat karena kesibukan tiap hari pun,” papar Ravli.

Sama, Umar (26), pegawai swasta asal Cimahi terasa berkeberatan harga rokok naik. Masalahnya dia sudah ketagihan dan tidak dapat kurangi jatah merokok.

Umar mengatakan biasa beli rokok pada harga Rp25 ribu sampai Rp27 ribu per buntel pada Januari 2022. Waktu ini, dia mesti beli rokok pada harga Rp28 ribu sampai Rp29 ribu per buntel.

“Udah jadi perlu dan candu akan tetep membeli pun sich. Saya tidak kurangi rokoknya, namun perbanyak duitnya buat membeli rokok,” ungkapkan Umar.

Orang Indonesia Lebih Senang Merokok Dibanding Makan Sehat

Anda jelas pernah dengar pernyataan pada perokok kalau ‘lebih baik tidak makan dibanding gak merokok.’

Nyata-nyatanya soal ini masih menjadi realita di Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengucapkan tingginya angka perokok ini pula memiliki pengaruh pada kehidupan sosial, ekonomi dan pemenuhan nutrisi keluarga.

Ia mengutarakan banyak perokok lebih tentukan merokok ketimbang penuhi keperluan makanan bergizi untuk keluarga. Satu soal sebagai problem ialah 70 juta orang Indonesia ialah perokok, dengan rerata perokok ialah pria, menurut Evaluasi terbaru yang tengah dilakukan Global Adults Tobacco Evaluasi (GATS).

“Waktu ini berbelanja rokok bertambah tinggi dari makanan bergizi, pikirkan makanan yang semestinya untuk keperluan keluarga malahan digunakan bapaknya atau ibunya untuk beli rokok,” kata Dante pada acara Penyeluncuran Data Hasil Evaluasi GATS dalam Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Selasa (31/5).

Evaluasi yang tengah dilakukan GATS pada 2021 lalu disebut kalau jumlah rerata yang dapat dihabiskan seorang untuk merokok 12 tangkai rokok kretek sejumlah Rp 14.867. Kalau dikalikan dengan keperluan satu bulan karenanya minimum uang rokok saja ialah Rp 382 ribu.

Dante mengutarakan, uang sejumlah itu dapat dipakai untuk penuhi keperluan nutrisi keluarga, contoh beli telur, sayur, buah-buahan atau macam protein hewani seperti ayam atau daging sapi.

Pada data yang dikeluarkan GATS, jumlah perokok dewasa di Indonesia dalam waktu sepuluh tahun ini bertambah sejumlah 8,delapan juta orang. Keseluruhan jumlah perokok dewasa sejumlah 69,1 juta orang dan 8 juta orang di dalam 10 tahun akhir sudah meninggal gara-gara penyakit yang tampil karena rokok.

Updated: 5 Desember 2023 — 9:47 am